Yogyakarta – Warung Shodaqoh yang hanya buka setiap Jumat dan gratis untuk duafa di Yogyakarta tak pernah sepi pengunjung. Di awal pembukaannya, warung ini ternyata sepi pengunjung.
Pengusaha wanita Yuniana Oktoviati (33) ada di balik berdirinya warung ini. Sibuk bekerja membuatnya takut kehabisan waktu untuk bersedekah.
“Kadang kita lupa shodaqoh, kalau sudah sibuk. Ini hanya cara saya untuk mendisplinkan diri bershodaqoh,” kata wanita yang akrab dipanggil Tovie ini kepada detikcom, Senin (16/3/2015) sore.
Tovie menceritakan ide tentang warung ini berasal dari sebuah postingan di Facebook. Seorang temannya menautkan akunnya di sebuah foto ‘Warung Shodaqoh’ di Pekalongan.
“Nggak tahu punya siapa. Pokoknya sama persis tulisannya dengan yang di depan (miliknya). Seru, konsepnya bagus,” kata Tovie.
Tovie mengaku dirinya baru berani berkomitmen seminggu sekali. Awalnya dia berencana untuk membuka warungnya di depan masjid agar para jamaah Salat Jumat bisa menikmati hidangan setelah beribadah.
Namun, dengan pertimbangan agar penerima makan siang ini bisa lebih merata, Tovie akhirnya memilih trotoar di depan rumah sekaligus lokasi usahanya sebagai tempat Warung Shodaqoh.
Siapa saja orang yang melintas boleh ikut menikmati sajian makan siang di warung ini. “Mau pakai mobil, mahasiswa yang kehabisan uang, musafir, tukang becak, silakan,” katanya.
Namun pemilihan kata “Khusus Fakir Miskin dan Kaum Dhuafa Gratis” menjadi bentuk seleksi tersendiri. “Kalau ditulis untuk umum, nanti pesannya tidak tersampaikan,” kata Tovie.
Di bulan pertama dan kedua, warung masih sepi. Tak jarang masih banyak makanan tersisa dan akhirnya dibungkus dan dibagi-bagikan.
“Akhirnya kami sebar-sebar selebaran, yang datang juga saya minta ajak teman atau saudaranya kalau ke sini lagi,” tuturnya.
Kini pengunjung warungnya tak hanya warga sekitar tempat tinggal Tovie.
“Pernah ada seorang bapak dari Jalan Magelang, bawa kwaci sambil baca puisi di sini, mau membuktikan warung ini beneran gratis atau nggak,” ceritanya sambil tersenyum lebar.
Meski sempat sepi, beberapa bulan kemudian warung ini sempat kekurangan stok. Dibuka dari pukul 11.00 WIB, sebanyak 150 porsi nasi sudah habis sebelum pukul 12.00 WIB.
Hal ini karena masing-masing orang ingin membawa pulang nasi dengan dibungkus dalam jumlah yang banyak. Akhirnya kini Tovie membatasi setiap orang hanya boleh membawa pulang 2 bungkus nasi.
“Saya sebenarnya lebih senang kalau makan di sini kan kalau mereka berkumpul sambil ngobrol tukar pikiran, silaturahmi,” kata Tovie.
Sumber:
https://news.detik.com/berita/d-2860784/lika-liku-tovie-berbagi-via-warung-gratis-untuk-para-duafa.
Leave a Reply